t |
sebelum ini sepertinya tidak ada yang spesial dengan huruf t, paling sekedar jadi awalan kata tempe, tahu -makanan yang saya suka; atau terong -makanan yang tidak suka sama saya, lhoh..( soalnya saya sudah mati-matian -terpaksa- menyukainya tapi tetep si terong ini keukeuh ndak suka sama saya, yo wis... -padahal sering kali dijadikan menu wajib di asrama-..), atau kritikan ketika forum diskusi islam kampus, tentang print out makalah dari pemateri yang diketik dengan font Comic Sans MS, yang karakter huruf t nya secara simbolik menyerupai salib, namun si t seakan masih tak nampak di pelupuk mata.
bahkan ketika kabar si orang nyeleneh, Nurcholis Majid yang dengan lancang menafsirkan Laa ilaaha illalloh dengan arti “Tiada tuhan (t kecil) kecuali Tuhan (T besar)”menyebar dan menimbulkan kontroversi -Semoga Allah memberikan balasan setimpal dengan amal perbuatannya-
tetep aja ndak ada feeling apa-apa dengan "t",
bahkan ketika kabar si orang nyeleneh, Nurcholis Majid yang dengan lancang menafsirkan Laa ilaaha illalloh dengan arti “Tiada tuhan (t kecil) kecuali Tuhan (T besar)”menyebar dan menimbulkan kontroversi -Semoga Allah memberikan balasan setimpal dengan amal perbuatannya-
tetep aja ndak ada feeling apa-apa dengan "t",
Nurcholis Majid
...tapi tatkala "t" ini nyelip di tengah nama saya; Ar[t]dani, nah.. jadi deh agak gimanah gituh, kesan art alias seni nya jadi muncul penuh filosofi, karena hidup ini adalah seni, tentang berjuang-bertahan dalam tiap hembusan nafas; menulis adalah seni, tentang mengkomunikasikan ide lewat goresan pena atau hentakan jari diatas keyboard; dakwah adalah seni, seni menyampaikan risalah suci; pornografi adalah seni, seni mempertontonkan aurat -yg pastinya bikin setan ketawa kepingkal-pingkal sampe guling-guling;
tinggal seni mana yang kita tekuni, seni yang diridhoi Allah ataukah seni yang dimurkai Allah...